Sholat Dhuha

 Keutamaan Sholat Dhuha

Shalat Dhuha itu memiliki keutamaan dan faedah yang sangat agung. Orang yang mengerjakan shalat Dhuha selalu berada dalam penjagaan dan perlindungan dari Allah f sepanjang hari; dosa-dosanya dihapuskan; terjaga dari perbuatan-perbuatan buruk; dimasukkan ke dalam golongan muhsinîn (orang-orang berbuat ihsan), ahli ibadah dan menjadi golongan yang beruntung; dibangunkan rumah di dalam surga; memperoleh pahala seperti pahala menunaikan haji dan umrah; serta sepadan dengan sedekah 360 kali. Pahadal sedekah ini menjadi kewajiban setiap ruas tubuh manusia setiap harinya.
Adapun hadits-hadits yang berbicara mengenai keutamaan shalat Dhuha, di antaranya adalah sebagai berikut:
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى .
“Diriwayatkan dari Abu Dzar a dari Nabi n bahwa Beliau bersabda, ‘Setiap ruas tubuh masing-masing dari kalian setiap harinya memiliki kewajiban untuk bersedekah. Setiap tasbih (memahasucikan Allah) adalah sedekah; setiap tahmid (memuji Allah) adalah sedekah; setiap tahlil (membaca lâ ilaha illallâh) adalah sedekah; setiap takbir (memahabesarkan Allah) adalah sedekah; memerintahkan kemakrufan adalah sedekah dan mencegah kemunkaran adalah sedekah. Namun itu semua dapat diganti dengan dua rakaat yang dikerjakan oleh seseorang dari waktu dhuha (mengerjakan shalat Dhuha)’.” (HR. Muslim)
عَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : فِي الْإِنْسَانِ سِتُّوْنَ وَثَلَاثُ مِائَةِ مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهَا صَدَقَةً . قَالُوْا : فَمَنْ الَّذِيْ يُطِيْقُ ذَلِكَ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ ؟ قَالَ : النُّخَاعَةُ فِي الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا أَوْ الشَّيْءُ تُنَحِّيْهِ عَنِ الطَّرِيْقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُ عَنْكَ .
“Diriwayatkan dari Buraidah a bahwa ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah n bersabda, ‘Pada diri manusia terdapat tiga ratus enam puluh tiga ruas. Ia memiliki kewajiban bersedekah atas setiap ruas tersebut.’ Para sahabat bertanya, ‘Siapakah yang mampu melakukan hal itu, wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Ludah di dalam masjid yang ia timbun (dibersihkan) atau sesuatu (penghalang) yang ia singkirkan dari jalanan (bisa mewakili kewajiban sedekah). Jika engkau belum mampu, dua rakaat shalat Dhuha sudah memadai untuk mewakili kewajibanmu bersedekah’.”
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : أَوْصَانِيْ خَلِيْلِيْ بِثَلَاثٍ لَا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوْتَ صَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ .
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah a bahwa ia berkata, ‘Kekasihku (Rasulullah) memberikan pesan (wasiat) kepadaku dengan tiga hal yang tidak pernah aku tinggalkan hingga aku meninggal nanti. Yaitu puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha, dan tidur dalam keadaan sudah mengerjakan shalat witir’.” (HR. Bukhari)
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى حَتَّى نَقُوْلَ لَا يَدَعُهَا وَيَدَعُهَا حَتَّى نَقُوْلَ لَا يُصَلِّيْهَا
“Diriwayatkan dari Abu Sa‘id Al-Khudri bahwa ia berkata, ‘Adalah Rasulullah n mengerjakan shalat Dhuha sehingga kami katakan bahwa Beliau tidak pernah meninggalkannya. Namun ternyata Beliau pun pernah meninggalkannya sehingga kami katakan bahwa Beliau tidak pernah mengerjakannya’.”

(HR. Tirmidzi dan dinilai hasan olehnya)
عَنْ نُعَيْمِ بْنِ هَمَّارٍ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : يَا ابْنَ آدَمَ لَا تُعْجِزْنِيْ مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِيْ أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ .
“Diriwayatkan dari Nu‘aim bin Hammar a bahwa ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah n bersabda, ‘Allah f berfirman, ‘Wahai anak Adam, janganlah kamu merasa lemah (kehilangan kesempatan) untuk beribadah kepada-Ku dengan cara mengerjakan shalat empat rakaat di awal waktu siangmu, niscaya akan Aku cukupkan untukmu di akhir harimu’.” (HR. Abu Dawud)
Yang dimaksud dengan ‘mencukupkan’ adalah melindunginya dari segala bencana dan kejadian yang merugikan. Bisa juga yang dimaksud adalah menjaganya dari dosa-dosa dan memberikan maaf kepadanya manakala ia sudah telanjur melakukan dosa, atau dengan pengertian yang lebih luas lagi. Ini adalah penjelasan dari Imam Suyuthi dan Imam Syaukani.
Diriwayatkan dari Anas secara marfu‘, “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak dua belas rakaat, maka Allah f akan membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.”
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ حَافَظَ عَلَى شُفْعَةِ الضُّحَى غُفِرَ لَهُ ذُنُوْبُهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ .
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah a bahwa Rasulullah n bersabda, ‘Barangsiapa memelihara pelaksanaan shalat Dhuha yang genap jumlah rakaatnya, maka diampunilah dosa-dosanya, sekalipun banyaknya laksana buih lautan’.” (HR. Tirmidzi)
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ : يَا ابْنَ آدَمَ اكْفِنِيْ أَوَّلَ النَّهَارِ بِأَرْبَعِ رَكَعَاتٍ أَكْفِكَ بِهِنَّ آخِرَ يَوْمِكَ .
“Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir Al-Juhani bahwa Rasulullah n bersabda, ‘Sesungguhnya Allah f berfirman, ‘Wahai anak Adam (manusia), cukupkan untuk-Ku di awal waktu siang (dhuha) dengan mengerjakan shalat empat rakaat, niscaya Aku cukupkan untukmu dengannya pada akhir harimu’.” (Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya‘la)

Sholat Tahajjud

SubhanAllah,, Rajinlah Shalat Tahajud :)

Setiap Muslim seharusnya memiliki keinginan kuat untuk melaksanakan shalat Tahajud setiap malam hingga menjadi terbiasa. Orang-orang saleh zaman dahulu tekun menjalankannya, baik pada musin panas maupun dingin. Mereka memandang seolah-olah shalat Tahajud itu adalah sesuatu yang wajib (HR Tirmidzi).
Jika terlewatkan sekali saja, mereka menganggap itu sebagai musibah yang besar. Pastinya, selain sebagai ‘mesin keimanan’, Tahajud memberikan banyak manfaat besar dalam kehidupan mereka yang istiqamah menjalankannya.
Di antaranya, pertama, untuk menjaga kesehatan. Tidak diragukan lagi, shalat Tahajud menjadi terapi pengobatan terbaik dari berbagai macam penyakit. Karena itu, orang-orang yang membiasakan diri untuk Tahajud akan memiliki daya tahan tubuh sehingga tak mudah terserang penyakit.
Rasulullah SAW bersabda, "Lakukanlah shalat malam karena itu adalah tradisi orang-orang saleh sebelum kalian, sarana mendekatkan diri kepada Allah, pencegah dari perbuatan dosa, penghapus kesalahan, dan pencegah segala macam penyakit dari tubuh." (HR Tirmidzi).
Kedua, menjaga ketampanan atau kecantikan. Setap manusia pasti mendambakan ketampanan atau kecantikan dalam dirinya. Melalui terapi shalat Tahajud, seseorang dapat meraih apa yang didambakannya tanpa mengeluarkan biaya sepersen pun. Yaitu, jaminan ketampanan atau kecantikan yang dihasilkan dari shalat Tahajud tidak terbatas pada tampilan lahir, juga dapat menghasilkan ketampanan atau kecantikan batin.
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang banyak menunaikan shalat malam, maka wajahnya akan terlihat tampan atau cantik di siang harinya.” (HR Ibnu Majah).
Ketiga, shalat Tahajud juga diyakini dapat meningkatkan produktivitas kerja yang berbasis spiritualitas. Karena itu, salah satu program untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang andal secara intelektual, emosional, dan spiritual adalah membiasakan shalat Tahajud pada setiap malamnya.
Rasulullah SAW bersabda, "Setan membuat ikatan pada tengkuk salah seorang di antara kalian ketika tidur dengan tiga ikatan dan setiap kali memasang ikatan dia berkata: ‘Malam masih panjang, maka tidurlah.’ Jika orang tadi bangun lalu berzikir kepada Allah SWT, terlepas satu ikatan. Jika dia berwudhu, terlepas satu ikatan yang lainnya. Dan jika dia melaksanakan shalat, terlepas semua ikatannya. Pada akhirnya, dia akan menjadi segar (produktif) dengan jiwa yang bersih. Jika tidak, dia akan bangun dengan jiwa yang kotor yang diliputi rasa malas.” (HR Bukhari).
Keempat, mempercepat tercapainya cita-cita dan rasa aman. Selain dengan usaha (ikhtiar) secara maksimal guna menggapai cita-cita dan rasa aman, seseorang hendaknya membiasakan diri untuk shalat Tahajud karena doa yang mengiringi Tahajud akan dikabulkan oleh Yang Maha Mengabulkan.
Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah sesungguhnya Allah tertawa terhadap dua orang laki-laki: Seseorang yang bangun pada malam yang dingin dari ranjang dan selimutnya, lalu ia berwudhu dan melakukan shalat. Allah berfirman kepada para malaikat-Nya, 'Apa yang mendorong hamba-Ku melakukan ini?' Mereka menjawab, 'Wahai Rabb kami, ia melakukan ini karena mengharap apa yang ada di sisi-Mu.'” Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku telah memberikan kepadanya apa yang ia harapkan (cita-citakan) dan memberikan rasa aman dari apa yang ia takutkan.” (HR Ahmad).