Mengapa Tidak Boleh Tidur Terlalu Malam?

ilustrasi kanker hati
Diantara kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah, beliau tidak suka begadang. Jika tidak ada urusan penting –baik tentang dakwah ataupun jihad- maka beliau menyegerakan tidur setelah shalat Isya’ kemudian bangun di pertengahan malam atau sepertiga malam untuk shalat tahajjud atau qiyamullail.

Selain memudahkan tahajjud, ternyata kebiasaan tidak tidur terlalu malam juga memiliki banyak manfaat medis yang baru diketahui di zaman modern ini. Sebaliknya, orang yang tidur terlalu malam terancam bahaya kesehatan sebagai berikut:

1. Sistem Imun Melemah
Tidur terlalu malam ternyata berpengaruh rusaknya sel-sel darah putih. Akibatnya kekebalan tubuh menjadi melemah dan rentan terhadap serangan berbagai penyakit.

2. Diabetes
Tidur terlalu malam juga merusak hormon di tubuh. Akibatnya tubuh tidak toleran terhadap glukosa karena jumlah insulin menurun. Orang yang tidur terlalu malam menjadi lebih rentan terhadap penyakit Diabetes.

3. Sakit Kepala Hingga Kerusakan Otak
Tidur terlalu malam membuat tubuh tidak bisa beristirahat dengan baik. Meskipun waktu tidurnya sama, katakanlah lima jam, orang yang tidur sebelum tengah malam dan bangun sepertiga malam terakhir akan merasakan kondisi fisik yang lebih fit. Sebaliknya, tidur larut malam membuat istirahat tidak efektif. Ketika bangun kepala terasa berat, itulah tanda gegar otak kecil sedang menyerang. Jika dibiasakan, terus menerus dalam waktu berkepanjangan, kerusakan otak bisa mengancam.

4. Kanker Hati
Dintara penyakit berbahaya akibat tidur terlalu malam adalah kanker hati. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam situs resmi UGM Fakultas Kedokteran Bagian Radiologi. Bahwa penelitian para dokter di National Taiwan Hospital menemukan bahwa tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang merupakan penyebab utama kerusakan hati.

Subhanallah... demikianlah hikmah medis dari salah satu kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Aisyah radhiyallahu ‘anha menjelaskan k
ebiasaan beliau ini:

مَا نَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَلَا سَهِرَ بَعْدَهَا

Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah tidur sebelum waktu isya' dan tidak pernah begadang setelahnya. (HR. Ahmad; shahih)

Ibnu Qayyim Al Jauziyah menjelaskan dalam Zadul Ma'ad: "Termasuk kebiasaan beliau adalah tidur di awal malam dan bangun di bagian akhirnya. Terkadang beliau begadang di awal malam untuk mengurusi berbagai kepentingan orang-orang miskin."

Semoga kita dimudahkan untuk meneladani beliau, dan mendapatkan banyak manfaat dan hikmah berkat meneladani beliau. [IK/bersamadakwah]

Arti “Insya-Allah” dan Mengapa Harus Mengucapkannya

Hukum mengucapkan "Insya Allah" (ilustrasi)
Apa arti “insya-allah” dan mengapa ketika menyangkut sesuatu yang akan datang seorang Muslim dituntun untuk mengucapkan “Insya-allah”? Berikut penjelasan Prof. Dr. M. Mutawalli Asy Sya’rawi:

Segala urusan yang menyangkut masa yang akan datang -baik nanti, besuk atau tahun depan- manusia tidak dapat memastikan kecuali bila dikehendaki Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلاَتَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا . إِلآ أَن يَشَآءَ اللهُ وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَن يَهْدِيَنِي رَبِّي لأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا
“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besuk pagi’, kecuali (dengan menyebut), ‘Insya-allah’. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah, ‘Mudah-mudahan Tuhanku akan memberi petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini’.” (QS. Al-Kahfi: 23-24)

Sesuatu yang menyangkut masa yang akan datang, mencakup lima unsur:
1. Pelaku (subyek)
2. Sesuatu yang diperlakukan (Obyek)
3. waktu dan tempat kejadian
4. sebab musabab
5. kekuatan dan kemampuan yang diperlukan untuk pelaksanaan

Jika seseorang berkata, “Besuk saya akan pergi ke tempat si Fulan untuk membicarakat masalah tertentu”, orang itu tidak dapat memastikan apakah ia akan hidup sampai besuk (subyek). Pun dengan si Fulan yang akan ditemui, juga tidak dapat dipastikan apakah ia akan hidup juga sampai besuk (obyek).

Kalaupun orang itu bisa pergi, mungkin waktunya tidak tepat, tempatnya berubah, atau ia masih hidup tapi terkendala entah sakit atau apa. Jadi, manusia tidak memiliki kuasa menentukan lima unsur tersebut. Yang kuasa hanyalah Allah.

Maka, segala urusan itu kemudian dikembalikan kepada Allah Yang Mahakuasa. Maka Muslim mengucapkan “insya-allah”, jika Allah menghendaki. Jika Allah tidak menghendaki, maka rencana tersebut pasti gagal. Wallahu a’lam bish shawab. 

Hikmah Medis dibalik Hadist

“Padamkan Lampu Jika Hendak Tidur”

Tidur dengan lampu mati - ilustrasi (foto Hajrimz)

"Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman" (HR.Muttafaq'alaih).

Rasulullah mensabdakan itu lebih dari 14 abad yang lalu. Ternyata, di abad modern ini baru diketahui manfaat medis dari tuntunan Rasulullah untuk memadamkan lampu ketika hendak tidur.

Seperti ditulis Ustadz Yusuf Mansur, ahli biologi Joan Robert mengungkapkan bahwa tubuh baru bisa memproduksi hormon melatonin ketika tidak ada cahaya. Hormon melatonin ini adalah salah satu hormon kekebalan tubuh yang mampu memerangi dan mencegah berbagai penyakit, termasuk kanker payudara dan kanker prostat. Orang yang tidur dalam kondisi gelap, maka tubuhnya bisa memproduksi hormon ini.

Sebaliknya, tidur dengan lampu menyala di malam hari, sekecil apapun sinarnya menyebabkan produksi hormon melatonin terhenti..

Pentingnya tidur di malam hari dengan mematikan lampu juga diteliti oleh para ilmuwan dari Inggris. Peneliti menemukan bahwa ketika cahaya dihidupkan pada malam hari, bisa memicu ekpresi berlebihan dari sel-sel yang dikaitkan dengan pembentukan sel kanker.

Sebuah konferensi tentang anak penderita leukimia yang diadakan di London juga menyatakan bahwa orang bisa menderita kanker akibat terlalu lama memakai lampu waktu tidur di malam hari dibandingkan dengan yang tidak pernah memakai lampu waktu tidur.

Subhanallah... demikian luar biasa tuntunan Rasulullah. Setelah berabad-abad, hikmah medisnya baru terugkap. Wallahu a’lam bish shawab. [Sumber: Fan page ustad Yusuf Mansyur]

Dakwah Rasulullah Periode Mekkah




Dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah

Ø  1.  Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah

Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.

Ø  2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul

Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah utara kota Mekah.
Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.

Ø  3. Ajaran Islam Periode Mekah

 Yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan

Ø  STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH

Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:

Ø  1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun

Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞    Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞    Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞    Utsman bin Affan
۞    Zubair bin Awam
۞    Sa’ad bin Abu Waqqas
۞    Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).

Ø  2. Dakwah secara terang-terangan

Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
  1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
  2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
۞    Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞    Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞    Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.

Ø  3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW

Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:
  1. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
  2. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
  3. Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.
  4. Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain:

۞    Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
۞    Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita)

SubhananAllah,, manfaat sholat sahabat.



Shalat Membuat Kita Sehat

Kalimat ini di sampaikan oleh staf pengajar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dr Sagiran Mkes SpB yg telah melakukan penelitian mengenai masalah gerakan shalat. Dari penelitian tersebut terungkap bahwa setiap tahapan yang berlangsung dalam gerakan ibadah shalat, memberi manfaat kesehatan bagi orang yang melaksanakannya. ”Tapi tentunya bila setiap tahapan gerakan ibadah shalat yang dilaksanakan, sesuai dengan tuntunannya. Kalau tidak sesuai, saya tidak tahu apakah ada manfaatnya atau tidak, karena saya tidak meneliti gerakan shalat yang tidak sesuai dengan tuntunan,” kata penulis buku ‘ Mukjizat Gerakan Shalat’, saat tampil sebagai pembicara seminar di Masjid.
”Saya menguraikan manfaat dari gerakan shalat, bukan berarti menganjurkan orang melaksanakan shalat agar menjadi sehat. Bukan seperti itu. Shalat ada tetap merupakan kewajiban ibadah seorang muslim yang harus dilaksanakan. Saya hanya hendak mengungkapkan bahwa gerakan shalat, secara tidak langsung memiliki makna kesehatan bagi orang yang melaksanakannya,” kata dr Sagiran Mkes SpB, staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Sagiran menjelaskan bahwa gerakan awal shalat yang ditandai dengan ‘Takbiratul Ihram’ hingga ‘Salam’ yang mengakhiri rangkaian ibadah shalat, seluruhnya merupakan memiliki rangkaian gerakan ibadah yang memberi manfaat bagi kesehatan.
Ø  Takbiratul Ihram
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcNTXnuHXo-atBb62P6z4t4TFmYF_OoXEdo6i4CVNdCRTXPw9Dgp2QR98ZbgqXYujw-vT-zgoq2h3aW60oiJdAMkD5qOQeTtjdvjzLEJDXAIF_taB-SeYhjYhYE0WKasZbiLoc2Z4uwRs/s400/Takbiratul+Ihram.jpg
Dalam Takbiratul Ihram yang ditandai dengan mengangkat kedua telapak tangan hingga keduanya sejajar dengan telinga kanan-kiri, memberi manfaat kesehatan pada organ tubuh paru-paru, sekat ringga dada dan kelenjar getah bening.
Sagiran menjelaskan ketika tangan terangkat maka rusuk akan ikut terangkat sehingga menimbulkan pelebaran rongga dada. Pada saat itu, seharusnya udara nafas akan masuk. Tetapi orang yang akan memulai shalat ternyata harus mengucapkan Allahu Akbar, sehingga memaksa udara harus mengalir keluar. Hal ini menyebabkan sekat rongga dada (diafragma) menjadi terlatih.
Selain itu, ketika tangan terangkat maka ketiak pun akan terbuka. Padahal ketiak merupakan induk atau stasiun dari peredaran kelenjar getah bening (limfe) di seluruh tubuh. Dengan gerakan takbir yang berulang-ulang dalam gerakan shalat, maka secara tidak langsung melakukan active pumping kelenjar getah bening ke seluruh tubuh.
Setelah takbiratul ihram, maka kemudian kedua telapak tangan akan diletakkan di atas dada. Dengan meletakkan kedua telapak tangan di atas dada, maka bahu kanan-kiri otomatis akan terangkat dan ketiak sebagai stasiun peredaran limfe akan tetap terbuka.
Ø  RUKU’
http://www.bbc.co.uk/religion/galleries/salah/images/3.jpg
Dalam gerakan ruku, yang benar posisi punggung, leher dan kepala harus membentuk haris horisontal. Dengan posisi ini, berat badan bergeser ke depan, sehingga terjadi relaksasi atau peregangan ruas tulang belakang. Relaksasi ini sangat bermanfaat untuk memelihara tulang belakang yang selalu terkompresi.
”Tapi adanya relaksasi ruas tulang belakang ini hanya dialami bagi orang yang melaksanakan ruku dalam waktu yang cukup. Bagi orang yang shalatnya dilaksanakan dengan buru-buru, manfaatnya mungkin tidak akan terlalu terasa,” tambah dr Sagiran.
Sujud
http://muhammadaanxfarhan.files.wordpress.com/2011/09/sujud-21.jpg
Sedangkan dalam gerakan sujud, memberi manfaat bagi daya tahan pembuluh darah di otak. Posisi kepala yang lebih rendah dari jangtung, menyebabkan darah menumpul di pembuluh darah otak. Hal ini secara tidak langsung melatih pembuluh darah di otak seorang muslim, agar tidak mudah terserang stroke.
”Jadi bisa dikatakan, gerakan sujud ini merupakan gerakan anti stroke,” katanya.

Ø  Duduk Antara Dua Sujud
http://irfanirsyad.files.wordpress.com/2011/11/iftirosy1.jpg
Kemudian, gerakan duduk di antara dua sujud, ternyata memperkuat jantung berikut sistem sirkulasi darah di seluruh bagian tubuh. Sagiran mengungkapkan bahwa saat seorang muslim yang melaksanakan ibadah shalat berada dalam posisi duduk di antara dua sujud, ternyata aliran darah seseorang tidak akan sampai ke bagian kedua kaki bagian bawah.
”Saat saya ukur, saturasi darah pada jari kaki orang yang sedang duduk di antara kedua sujud, ternyata nol. Denyut nadi tidak terasa sama sekali, saat orang dalam posisi duduk seperti ini,” jelasnya.
Hal ini ternyata secara tidak langsung melatih jantung berikut urat-urat nadi seseorang. ”Seperti air kran yang mengalir melalui selang, bila selang secara berulang-ulang dipencet-dibuka berulang-ulang, secara tidak langsung hal ini akan membuat selang menjadi lebih elastis, sekaligus membersihkan kotoran yang terdapat dalam selang,” katanya.
Terakhir, gerakan salam yang ditandai dengan menolah ke kanan dan ke kiri hingga kedua pipi terlihat oleh orang yang berada di belakangnya, ternyata menimbulkan relaksasi pada otot dan tulang leher. Di leher, terdapat banyak sekali jaringan sistem syaraf dan juga pembuluh darah yang menghubungkan kepala dan baguan badan.
Ø  Salam
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic2d2YqWw83Y5gXmB6QHKoorzznx-6DLgYEsnRZeYOcURlkN0PPHpVdh0e3OJZPhpV0_1VxFF-bcIDzT83t5f-CR1KCIpWe-xvLv8Vda8QZVZfs2CaJPu58-Dz1vFpsC0Lge3EHIP_s-c/s1600/salam_logo.jpg
Gerakan salam ini, secara tidak langsung akan menghindarkan seseorang untuk mengalami ganggian syaraf,” jelasnya.
Subhanallah, ternyata selain mendapatkan ketenangan hati dan kenikmatan berjumpa dengan Allah dalam shalat khusyu, kita juga akan mendapatkan manfaat yang secara tidak langsung membuat tubuh kita menjadi sehat. Wallohualam
Jadi secara ilmiah shalat bisa menjadikan kita lebih sehat, sebagaimana dlu Rasulullah di kenal sebagai seorang yg paling sehat dan tidak pernah sakit pada masa kerasulannya, asal cara shalat kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw, sebagaimana dalam sabda beliau : “Shalatlah, sebagaimana kalian melihat aku shalat” [Derajat hadits Shahih HR Bukhari 631;6008;7246, HR Ad-Darimi I/286, Ibnu Khudzaimah 397, dsb dari sahabat Malik bin al-Huwairits radiallahu’anhu

Sosok Teladan Aisyah r.a



Apabila ada sebuah permasalahan yang tidak diketahui di zaman sahabat, maka kami bertanya kepada Aisyah, dan kami memperoleh ilmu dari beliau”. (Al-Hadits)

***

Ummahatul Mukminin, Aisyah r.a. Siapa yang tidak mengenal beliau? Beliau adalah istri kesayangan Rasulullah Saw. Satu hal yang membuatnya menjadi kecintaan Rasulullah Saw adalah kecerdasan dan keluasan wawasannya.Seperti apakah kecerdasan beliau yang pada akhirnya menjadikannya sebagai rujukan berbagai cabang ilmu? Berikut kisah ringkas Aisyah r.a. dan kecerdasan intelektual yang patut diteladani oleh kita sebagai seorang muslimah.Aisyah lahir pada bulan Syawal tahun ke-9 sebelum hijrah atau bulan Juli 614 M. Kecerdasan Aisyah sendiri sudah terlihat sejak kecil, diantaranya:
  1. Mampu mengingat dengan baik apa yang terjadi pada masa kecilnya, termasuk hadist-hadist yang didengarnya dari Rasulullah Saw
  2. Mampu memahami, meriwayatkan, menarik kesimpulan serta memberikan penjelasan detail hukum fiqih yang terkandung di dalam hadist.
  3. Sering menjelaskan hikmah-hikmah dari peristiwa yang dialaminya pada masa kecil
  4. Mampu mengingat dan memahami rahasia-rahasia hijrah secara terperinci hingga bagian-bagian terkecilnya.
Aisyah r.a ditinggal wafat oleh Rasulullah saw ketika berusia 18 tahun. Bagi kita apa yang dapat dilakukan oleh seorang gadis berusia 18 tahun? Tapi beliau telah menguasai berbagai masalah agama sedemikian luas. Bahkan dikatakan bahwa segala sabda dan perbuatan Rasulullah saw dapat diingatnya tanpa batas.Hal lain yang sangat mengagumkan, di kalangan para perawi hadits Aisyah r.a menempati posisi ke 4 dalam jumlah hadits yang diriwayatkan, yaitu sebanyak 2210 hadits. Jumlah tersebut mengalahkan jumlah hadits yang diriwayatkan sahabat lain yang usianya jauh lebih tua dari beliau.


Dalam meningkatkan tarap keilmuan umat Islam, Aisyah secara nyata mengabdikan dirinya dengan mendirikan sebuah madrasah (sekolah). Madrasah Aisyah adalah madrasah ilmu yang paling diminati setelah wafatnya Rasulullah. Ia mendidik secara langsung setiap orang yang meminta pengajaran darinya tanpa pandang bulu. Orang-orang yang meminta fatwa hukum dan menanyakan berbagai persoalan, Aisyah menyimaknya dengan saksama lalu memberikan jawaban yang sebaik-baiknya yang ia ketahui.Dari madrasah yang diasuh oleh Aisyah itu, lahir banyak ulama terutama dari kalangan tabi’in. Terdapat banyak bukti dalam literatur Islam yang menunjukkan hal itu. Bahkan Qosim, salah satu ahli fiqih terkemuka di Madinah berkata, “Aisyah memberikan fatwa secara independent pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar, Utsman, dan seterusnya hingga akhir hayatnya. Jadi, meskipun Aisyah adalah seorang wanita, tapi kapasitas keilmuannya tidak kalah dari sahabat rasul yang pria.”Berdasarkan sudut pandang agama, syariat, akhlak, kemuliaan, dan kesucian, Aisyah tidak bisa dibandingkan dengan perempuan terkenal mana pun pada masa kini dan masa-masa sebelumnya.
Itulah Aisyah, sosok dengan sifat-sifat paripurna yang telah menghadirkan teladan ideal bagi ratusan juta kaum perempuan di dunia. Semoga kita dapat berkaca, serta terus berusaha untuk meneladani kecerdasan serta kemuliaannya. Aamiin ya Rabbal Alamiin.