Kisah teladan sahabat nabi



KISAH-KISAH DALAM KEHIDUPAN UMAR BIN KHATTAB

                Sebagai seorang Kahlifah pengganti Abu Bakar pada tahun 634 H kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan Dinasti Sassanid dari Persia serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Keberhasilan Umar bin Khattab dalam menaklukan Imperium besar(Persia dan Romawi) tidak lepas dari sosoknya yang tegas, dan sangat bersahaja.Berikut beberapa contoh teladan Umar bin Khattab.
HURMUZAN dan ‘UMAR BIN KHATTAB
Dengan ditemani Anas bin Malik, Hurmuzan datang dengan kebesaran dan kemegahannya. Dengan diikuti pemuka-pemuka terkenal dan seluruh anggota keluarganya, Hurmuzan memasuki Madinah dengan menampilkan Keagungan dan kemuliaan seorang raja. Perhiasan yang bertatah permata melekat di dahi. Sementara mantel sutra yang mewah menutupi pundaknya. Sementara itu sebilah pedang bengkok dengan hiasan batu-batu mulia menggantung di sabuknya. Ia bertanya-tanya dimana Amirul Mu’mininbertempat tinggal. Ia membayangkan bahwa Umar Bin Khattab yang kemasyhurannya terbesar keseluruh dunia pasti tinggal di Istana yang sangat megah.
            Sampai di Madinah mereka langsung menuju tempat kediaman Umar. Tetapi mereka diberitahu bahwa Umar sudah pergi ke Mesjid sedang menerima delegasi dari Kufah. Mereka pun bergegas ke Mesjid .tetapi tidak juga bertemu Umar . melihat rombongan itu, anak-anak di Madinah mengerti maksud kedatangan mereka. Lalu diberitahukan bahwa Amirul Mu’minin sedang tidur di beranda kanan mesjid dengan menggunakan mantelnya sebagai bantal seorang diri. Betapa terkejutnya Hurmuzan, ketika ditunjukan bahwa Umar adalah lelaki yang berpakaian seadanya yang tidur di Masjid itu.
Hurmuzan beserta rombongannya nyaris tak percaya, tetapi  memang itulah kenyataannya. Sambil berdecak kagum Hurmuzan mengatakan, “Engkau wahai Umar, telah memerintah dengan adil, lalu engkau aman dan engkaupun bisa tidur dengan nyaman”.
Tunjangan untuk UMAR BIN KHATTAB
Tatkala Umar bin Khattab r.a. diangkat menjadi Khalifah, ditetapkan baginya tunjangan sebagaimana yang pernah diberikan kepada Khalifah sebelumnya, yaitu Abu Bakar r.a. Pada suatu saat, harga-harga barang di pasar mulai merangkak naik. Tokoh-tokoh Muhajirin seperti ‘Ustman, ‘Ali, Thalhah, dan Zubair berkumpul serta menyepakati sesuatu. Di antara mereka ada yang berkata, “Alangkah baiknya jika kita mengusulkan kepada ‘Umar agar tunjangan hidup untuk beliau dinaikkan.Jika ‘Umar menerima usulan ini kami akan menaikkkan tunjangan hidup beliau.”

Ali kemudian berkata, “Alangkah bagusnya jika usulan seperti ini diberikan pada wakru-waktu yang telah lalu.”setelah itu, mereka berangkat menuju rumah ‘Umar. Namun ‘Ustman menyela seraya berkata “sebaiknya usulan kita ini jangan langsung disampaikan kepada ‘Umar. Lebih baik kita memberi isyarat lebih dulu melalui puteri beliau, Hafshah. Sebab ,saya khawatir ‘Umar akan murka kepada kita.”Mereka lantas menyampaikan usulan tersebut kepada Hafshah seraya memintanya untuk bertanya kepada ‘Umar,yakni tentang bagaimana pendapatnya jika ada seseorang yang mengajukan usulan mengenai penambahan tunjangan bagi Khalifah ‘Umar .”Apabila beliau menyetujuinya ,barulah kami akan menemuinya untuk menyampaikan usulan tersebut. Kami meminta kepadamu untuk tidak menyebutkan nama seorang pun diantara kami demikian kata mereka. Ketika Hafshah menanyakan hal itu kepada ‘Umar ,beliau murka seraya berkata “siapa yang mengajari engkau untuk menanyakan usulan ini?” Hafshah menjawab,”Saya tidak akan memberitahu nama mereka sebelum Ayah memberitahu pendapat Ayah tentang usulan itu.

Umar kemudian berkata lagi,”Demi Allah andaikata aku tau siapa orang yang mengajukan usulan tersebut, aku pasti akan memukul wajah orang itu.”setelah itu Umar balik bertanya kepada Hafshah, istri Nabi saw.,”Demi Allah, ketika Rasulullah saw.masih hidup, bagaimanakah pakaian yang dimiliki oleh beliau dirumahnya?”Hafshah menjawab, dirumahnya, beliau hanya mempunyai 2 pakaian .1 dipakai untuk menghadapi para tamu dan 1 lagi dipakai untuk sehari-hari.” “Umar bertanya lagi ,”Bagaimana makanan yang dimiliki oleh Rasulullah?”Hafshah menjawab,”beliau selalu makan dengan roti yang kasar dan minyak samin.” “Umar kembali bertanya ,”Adakah Rasulullah mempunyai kasur di rumahnya?”Hafshah menjawab lagi,”Tidak beliau hanya mempunyai selimut tebal yang dipakai untuk alas tidur di musim panas. Jika musim dingin tiba separuhnya kami selimutkan ditubuh, separuhnya lagi digunakan sebagai alas tidur..” “Umar kemudian melanjutkan pertanyaannya,”Hafshah ,katakanlah kepada mereka,bahwa Rasulullah saw selalu hidup sederhana. Kelebihan hartanya selalu beliau bagikan kepada mereka yang berhak. Oleh karena itu, aku pun akan mengikuti jejak beliau. Perumpamaanku dengan sahabatku –yaitu Rasulullah dan Abu Bakar- adalah ibarat 3 orang yang sedang berjalan. Salah seorang diantaranya ketiganya telah sampai ditempat tujuan,sedangkan yang kedua menyusul dibelakangnya. Setelah kedua sampai, yang ketiga pun mengikuti perjalanan keduanya. Ia menggunakan bekal kedua kawannya yang terdahulu. Jika ia puas dengan bekal yang ditinggalkan kedua kawannya itu,ia akan sampai ditempat tujuannya, bergabung dengan kedua tangannya yang telah tiba lebih dahulu. Namun, jika ia menempuh jalan yang lain, ia tidak akan bertemu dengan kedua kawannya itu di akhirat.”(Sumber Tarikh ath-Thabari,jilid I,hlm. 164)

‘UMAR BIN KHATTAB TELADAN SEORANG PEMIMPIN
Sosok pemimpin Islam yang menjadi Khalifah kedua ,dialah Umar bin Khattab r.a.
·         Umar bin Khattab masuk islam berkat hidayah dari Allah SWT yang pertama.
·         Yang kedua berkat Do’a Rasulullah SAW.
·         Yang ketiga berkat adiknya Fatimah yang terlebih dahulu menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW berkat lantunan ayat suci Al-Qur’an yang dibacanya.
Do’a Rasulullah kala itu adalah “ Semoga Allah memberi kejayaan pada Islam dengan masuknya Umar bin Khattab ke dalam Islam “ Dan Allah mengabulkan doa tersebut.
            Umar bin Khattab adalah orang yang sangat Tawadhu’ kepada Allah. Beliau terkenal sangat tegas dalam urusan agama Allah. Selalu menambal bajunya dengan kulit,membawa ember diatas kedua pundaknya,dengan wibawanya yang sangat besar, selalu mengendarai keledai tanpa pelana, jarang tertawa dan tidak pernah bergurau dengan siapapun.
Pada masa kekhalifahannya beliaulah yang pertama kali digelari Amirul Mu’minin . Beliaulah pertama kali yang membuat penanggalan Hijriah, mengumpulkan manusia untuk shalat, tarawih berjama’ah, orang yang pertama kali berkeliling di malam hari mengontrol rakyatnya di Madinah. Yang pertama kali membawa tongkat pemukul untuk memberi pelajaran dan menghukum yang salah dan masih banyak lagi keutamaan beliau sebagai seorang pemimpin.
            Umar bin Khattab merupakan sosok pemimpin teladan yang sangat mengerti kepentingan rakyatnya. Padahal beliau sendiri hidup dalam kondisi sangat sederhana.
Terdapat kisah pada suatu malam, yang sudah menjadi kebiasaan bahwa Khalifah Umar sering berkeliling mengunjungi, menginvestigasi kondisi rakyatnya dari dekat.
Nah, pada malam itu beliau menjumpai sebuah gubuk kecil yang dari dalam terdengar suara tangis anak-anak. Beliau pun mendekat dan mencoba untuk memperhatikan dengan sesama keadaan gubuk itu.
            Ternyata dalam gubuk itu terlihat seorang ibu yang sedang memasak dan dikelilingi oleh anak-anaknya yang masih kecil.
Si ibu berkata kepada anak-anaknya “ Tunggulah…! Sebentar lagi makanannya matang.
Sang Khalifah memperhatikan dari luar, si ibu terus-menerus menenangkan anak-anaknya dan mengulangi perkataannya bahwa makanan yang dimasak akan segera matang.
Sang khalifah menjadi sangat penasaran karena , yang dimasak oleh ibu itu tidak kunjung matang. Padahal sudah lama dia memasaknya ..akhirnya Khalifah Umar memutuskan untuk menemui ibu itu.
“Mengapa anak-anakmu tidak juga berhenti menangis bu…?”Tanya Khalifah
“Kami tidak ada makanan periuk yang dari tadi aku masak hanya berisi batu untuk mendiamkan mereka ,biarlah mereka berfikir bahwa periuk itu berisi makanan dengan begitu mereka akan berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur “ jawab ibu.
“Apakah ibu sering berbuat demikian setiap hari ?”
“ Iya saya sudah tidak memiliki keluarga atau pun suami tempat saya bergantung, saya sebatang kara…” jawab si ibu.
            Hati sang Khalifah laksana mau copot dari tubuh mendengar penuturan itu, hati terasa teriris-iris oleh sebilah pisau tajam. Mengapa ibu tidak meminta pertolongan kepada Khalifah supaya beliau dapat menolong dengan bantuan uang dari Baitul Mal ?”Tanya sang Khalifah lagi.
“ Ia telah zalim kepada saya…”jawab ibu.
“ Zalim. . . “ kata sang Khalifah dengan sedihnya
“ Iya, saya sangat menyesalkan pemerintahannya .Seharusnya .. beliau melihat kondisi rakyatnya. Siapa tau ada banyak orang yang senasib dengan saya! “jawab ibu.

            Khalifah Umar bin Khattab kemudian berdiri dan berkata “ Tunggulah sebentar ya bu, saya akan segera kembali”
Dimalam yang semakin larut dan hembusan angin terasa kencang menusuk sang Khalifah segera bergegas menuju Baitul Mal di Madinah. Beliau segera mengangkat sekarung gandum yang besar dipundaknya ditemani oleh sahabatnya Ibnu Abbas ,sahabatnya membawa minyak samin untuk memasak.
Jarak antara Madinah dengan rumah ibu itu terbilang jauh sehingga membuat keringat bercucuran dengan derasnya dari tubuh khalifah Umar. Melihat hal ini Abbas berniat untuk menggantikan Umar untuk mengangkat karung yang dibawanya itu tapi, Umar menolak sambil berkata ..
“ Tidak akan aku biarkan engkau membawa dosa-dosaku di akhirat kelak .biarkan aku bawa karung besar ini karena aku sudah merasa bersalah atas apa yang terjadi pada ibu dan anak-anaknya itu”.
Beberapa lama kemudian sampailah Khalifah Umar & Abbas di gubuk ibu itu.
Begitu sekarung gandum dan minyak samin itu di serahkan bukan main gembiranya mereka. Setelah itu Umar berpesan agar ibu itu datang dan menemui Khalifah keesokan harinya untuk mendaftarkan dirinya dan anak-anaknya di Baitul Mal.
           
Setelah keesokan harinya, ibu dan anak-anaknya pergi untuk menemui Khalifah dan betapa sangat terkejut si Ibu begitu menyaksikan bahwa lelaki yang telah menolongnya tadi malam adalah Khalifahnya sendiri, Umar bin Khattab. Segera saja si ibu minta maaf atas kekeliruannya yang telah menilai bahwa khalifahnya zalim kepadanya. Namun sang khalifah tetap mengaku bahwa dirinyalah yang telah bersalah.



Sebagai seorang Khalifah( Pemimpin) Umar bin Khattab memiliki rasa Tanggung Jawab yang sangat besar terhadap tugas yang di embannya. Beliau menjalankan tugas semata-mata hanya karena rasa takutnya kepada Allah SWT.
Imbalan yang beliau harapkan adalah imbalan dari-Nya. Sehingga seluruh rakyat yang berada di bawah tanggung jawabnya dapat merasakan dan mendapatkan apa yang menjadi haknya.
            Untuk saat ini,mungkin sangat jarang sekali / mungkin juga tidak ditemukan sosok pemimpin seperti Umar bin Khattab.
Yaitu sosok pemimpin yang selalu berusaha untuk kemaslahatan rakyat, bukan untuk kemelaratan rakyat,
Sosok pemimpin yang selalu berusaha memahami penderitaan rakyat, bukan sosok yang hanya bisa memeras keringat dan menguras air mata rakyat.

0 komentar:

Posting Komentar